CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA SEMOK PART5

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA SEMOK PART5

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA SEMOK PART5, Hasrat-Bispak28 Ke-2  payudaraku pastilah telah memulai kelihatan oleh Wawan serta Suwito yang saat ini jadi menelan ludah. Saya selalu turunkan handuk ini sampai ujung atas bibir vaginaku yang udah berkali kali berisi penis mereka itu terekspos di depan mereka.

Wawan serta Suwito selalu melotot menyaksikani badanku, hingga sampai mata mereka seperti keluar tempatnya. Saya lebih bergairah menarik mereka, serta pada kondisi telanjang bundar semacam ini, perlahan-lahan saya mengubah badanku, lalu saya mengambil langkah mengarah almari bajuku dengan kaki tersilang seperti orang style yang tengah berjalan pada atas catwalk.

Saya ambil bra dan celana dalamku dari almari bajuku, berencana kupilih bra yang mempunyai ukuran amat kecil pada seluruhnya punyaku. Lantas saya kembali merapat ke jendela, dan saya ambil langkah kesana dengan model seperti barusan sekalian mengerling nakal dari mereka.

Selanjutnya saya berniat berlambat pelan memakai bra ini, perlahan-lahan tutup ke-2  payudaraku.

"Non… mari non… membuka dong…", saya dengar suara Wawan serta Suwito di luar yang meminta memohon dengan muka porno mereka itu.

Entahlah apa yang mereka mohon buat dibuka, bra yang telah kukenakan ini, atau daun jendela kamarku ini, atau pintu kamarku, yang jelas saya tidak mungkin pengin meluluskan permintaan mereka.

Serta dalam hati saya bersungut-sungut, disini saya dapat dengar kata-kata mereka yang tidak terlampau keras itu secara terang, tetapi barusan itu mereka bersikap gak mendengarku. Karenanya saya menentukan untuk bikin mereka semakin haus dan lapar dapat badanku, toh saya aman aman saja dalam sini.

Saya kembali mengerling dengan nakal mengarah mereka berdua. Saya selalu kenakan celana dalamku, serta seperti barusan, saya berlambat lamban menambah celana dalamku melintasi ke-2  pahaku, hingga akhirnya celana dalamku ini tutup selangkanganku dengan prima.

Lalu saya dekati mereka, seperti saya pengin menunjukkan badanku dengan terang dari mereka semua.  Selanjutnya saya mengusung ke-2  tanganku, pejamkan mataku dan memutar badanku seolah sedang menari.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA SEMOK PART5

Lalu saya melebarkan tanganku, menggenggam gordin jendela kamarku dan tutup beberapa badanku dengan gordin itu, sekalian mengerling nakal menjurus mereka bertiga.

"Udah, saya pengen tidur!", saya bercakap dengan suara keras, lalu saya tutup tirai jendela kamarku ini.

Saya ketawa geli mengandaikan tidak tahu sekesal apa Wawan dan Suwito saat ini padaku. Kudengar dobrakan dobrakan kecil di jendela kamarku, tetapi saya sudah pasti tidak pengen menyikapi semuanya itu.

Perlahan-lahan saya menghela napas panjang, lalu saya ke meja dandanku buat keringkan rambutku dengan hair dryer. Saat lagi saya keringkan rambutku, kudengar handel pintuku tersentak sentak seringkali, ternyata mereka udah terbakar gairah serta memaksakan masuk ke sini buat mendapatiku, meniduriku dan melumat habis badanku.

Jantungku berdegap kuat, dan saya jadi sedikit tegang juga.  Tetapi saya coba tenang. Saya tahu saya bakal aman di kamarku, mereka tidak akan berani melakukan hal lebih jauh seperti merusak pintu kamarku ini. Seusai rambut ini kusisir rapi sampai berasa lembut serta nyaman, saya menentukan untuk lekas tidur siang.

Saya tidak pengin tidur kelamaan, karena itu saya menyetel weker supaya berdering saat jam lima sore kelak. Lantas dengan cuman memakai bra dan celana dalam sebagai berikut, saya meyusup masuk ke bed cover ranjangku.

Cukup sukar saya usaha buat lekas tertidur. Andy selalu ada di hadapanku tiap saya pejamkan mataku. Bila saya buka mataku, saya jadi pengin malam lekas datang serta mengayalkan begitu senangnya saya saat Andy mengontakku.

Saya tersenyum senyuman sendiri, serta tidak tahu berapakah lama lalu baru saya pada akhirnya dapat tertidur.

VI. Marah Tiga Pejantan
Masih jam 1/2 empat sore di saat saya udah terjaga dari tidur siangku. Tetapi rasa letih serta pegal yang menganiaya badanku sepanjang tiga ini hari udah menyusut banyak. Serta saya telah tersenyum senyuman kembali sebab bayang-bayang Andy udah kembali isi hatiku.

"Non… non…", kudengar nada Sulikah yang mengetok pintu kamarku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Iya, mengapa mbak?", tanyaku khawatir.

"Ada tukang surat yang memohon tanda-tangan non Eliza", kata Sulikah.

"Oh ya mbak, sekejap", jawabku dengan malas.

Saya keluar bedcover ranjangku, serta udara dingin AC kamarku langsung mengenai badanku yang cuman berbalut bra dan celana dalam saja. Saya menggigil sebentar dan langsung lari ke dalam lemari bajuku, lalu saya selekasnya kenakan busana rumah ala-ala kandungannya.

"Aduh… urgent deh…", saya mengeluhkan dengan risau.

Saya melihat dari balik gordin jendela kamarku, Kedengarannya Wawan serta Suwito sudah tak di muka jendela kamarku. Tidak tahu berada di mana mereka saat ini, tidak boleh jangan mereka sedang nungguin saya di muka pintu kamarku.

Karenanya dengan takut takut saya melihat dari kaca pengintip pintu kamarku, dan saya cuma dapat memandang Sulikah yang menantiku.

"Mbak, harus saya ya yang tanda-tangan?", saya ajukan pertanyaan dengan keinginan jawabnya tak.

"Kata tukang suratnya sich mesti non Eliza", jawab Sulikah.

Saya sedikit lemas dengar jawaban Sulikah ini. Saya pengin biarkan tukang surat itu pergi, tetapi saya tidak mau kedepannya saya jadi kian ribet kalaupun nyatanya yang bisa dikatakan tukang surat itu suatu yang perlu. Mau tak mau saya meniti risiko ini. Perlahan-lahan saya buka pintu kamarku, dan dengan ingin harap kuatir saya melihat apa mereka ada pada lebih kurang sini.

"Mbak, mereka berada pada mana?", tanyaku dengan berbisik bisik.

"Barusan sich ada pada kamar mereka, mbak", jawab Sulikah sekalian tersenyum senyuman.

Dasar, ini orang menyaksikan anak majikannya takut bakal digagahi, bukan kasihan, justru senyuman senyuman sesuai ini. Saya sedikit dongkol di Sulikah, tetapi saya gak berbicara apa apa serta lekas turun ke arah pintu gerbang.

"Ya pak?", tanyaku saat saya telah ada di hadapan loper itu.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Kunjungi Juga : Pencuri Jackpot & Pemburu Hadiah

"Ini ada kiriman untuk mbak, tolong tanda-tangan di sini ya", kata loper itu sembari berikan sebuah amplop padaku, yang nyatanya didalamnya Potongan harga Card dari restaurant pujaan Jenny, berikut dengan suatu tandanya terima dan pulpen padaku.

"Oh ya, terimakasih pak", saya bercakap suka serta menanda menangani tandanya terima itu, lalu saya masuk ke dengan gembira.

Mempunyai arti esok atau Senin saya dapat memperlihatkan di Jenny serta Sherly, saya terlebih dulu yang memperoleh Diskon Card ini. Serta saya dapat membayari mereka berdua di situ untuk bikin mereka lebih kecewa padaku :p

Namun jantungku hampir stop sewaktu di garasi saya memandang Suwito yang memburuku dengan gantengg seperti orang kelaparan. Saya menjerit ketakutan mengelak bekukan Suwito, dan saya lari ke dengan cemas, mengharapkan saya sempat masuk ke kamarku serta mengamankan pintu.

"Gak perlu lari non, sia-sia saja", sindir Suwito sekalian ketawa, serta dia mulai mengartikulasikanrku, membuatku lebih ketakutan serta saya selalu lari menjurus tangga.

"Aaah… jangaan…", saya menjerit takut sewaktu tau-tau Wawan tampak dari balik tangga, serta saya mengelit sebisaku waktu Wawan  mau tangkapku.

Saya tidak dapat ke tangga, pun tidak dapat lari ke luar. Saya lari ke ruangan tamu, tetapi perlahan-lahan mereka jadi membuatku tertekan di sofa area tamu. Saya jadi ngotot dan melompati meja di tempat tamu ini, lalu saya dengan maksud larikan diri ke ruangan keluarga.

Namun mereka lebih bisa cepat menghambatku, dan terus menyekapku sampai saya kembali tersudut, terkepung di grandfather clock yang terpasang di tempat tamu ini.

"Udah non, saat ini non Eliza berserah saja…", kata Wawan yang semakin merapat serta siap-siap membekukku.

"Waktunya non berserah serta main main sama kami", Suwito menambah sembari tersenyum asusila.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA SEMOK PART5

Jantungku berdegap makin cepat. Saya tahu saya jangan hingga ketangkap mereka. Lantaran mereka berdua yang jelas kedepan akan ditambah lagi pak Bijaksanain, pasti memerkosaku hingga mereka suka merampungkan marah birahi mereka padaku.

"Ko… kok udah pulang?", kataku sembari arahkan penglihatanku ke pintu penting ruangan keluarga yang tampak disini.

Wawan serta Suwito langsung melihat mengarah pintu, nyata mereka kaget 1/2 mati dengar kata kataku barusan.

Kesempatan berikut langsung kugunakan buat larikan diri ke arah area keluarga, serta saya lolos dari kepungan mereka berdua.

"Wah non Eliza nakal!", gerutu Suwito yang selanjutnya langsung menyebutrku.

"Gak boleh lari non!", sengit Wawan yang turut menyebutrku.

Saya mati matian lari segera mungkin tuju tangga, dan Kedengarannya saya betul-betul bisa lebih cepat pada mereka. Saya lagi tuju ke kamarku, serta saya sukses mengancing pintu kamarku cocok saat sebelum handel pintu kamarku ini tersentak sentak.

Jantungku ibaratnya bakal lepas. Jelas Wawan dan Suwito tengah usaha buka pintu kamarku. Tetapi saya  sadar jika saya telah aman dalam kamarku ini.

‘YES!!', saya berteriak dalam hati dengan suka.

Lega sekali rasanya saya dapat terhindar dari 2 maniak itu. Bukan saya tidak pengin layani mereka, saya cuma mau menaruh tenagaku ini hari, paling tidaklah sampai saya usai telephone dengan Andy malam nanti.

Saya sedikit berkeringat gara-gara baru-baru ini lari dengan maksimal seperti barusan. Napasku  sedikit gak memiliki aturan dan badanku sedikit gemetaran, tetapi saat ini sudah semua aman. Serta saya pikir kalau merendam di air hangat kemungkinan dapat turunkan kegentinganku.

Jadi saya ambil satu set busana tukar komplet dengan bra dan celana dalam dari almari bajuku, dan saya mengambil langkah ke kamar mandiku. Tidak lupa saya membawa juga handuk yang terkait di muka wastafel, dan saya siap-siap nikmati nyamannya bathtub kamar mandiku.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

"Haaaaah…", saya menjerit ketakutan di saat saya lihat pak Bijakin yang ada pada kamar mandiku, tidak tahu mulai sejak kapan dia ada di sini.

Lembar untuk lembar kemeja yang kubawa bertumbangan ke lantai kamarku saat lagi saya mundur mundur sekalian menggelengkan kepalaku berkali kali, sementara pak Berbudiin mulai dekatiku.

"Pak… tak boleh pak…", saya merengek-rengek dengan suara memelas, tetapi kondisi ini tetap, pak Bijaksanain terus dekatiku.

Saya bertambah cemas, tidak tahu mesti lari ke mana. Namun saya masih memiliki impian. Asal saya dapat menipu pak Bijaksanain sampai saya dapat lari ke kamar mandi di kamarku ini serta mengancing pintunya, barangkali saya bisa selamat, sekurang-kurangnya untuk beberapa waktu.

"Pak… ya telah Eliza pengen sama pak Berbudiin saja, namun gak boleh panggil lainnya ya", saya berniat merengek-rengek dengan manja serta sekarang saya malahan merapat mengarah pak Bijaksanain.

Saya bakal menarik kaus yang kukenakan ini, tetapi saya hentikan niatku waktu pak Berbudiin yang tetap berdiri di muka pintu kamar mandiku ini justru buka gordin kamarku yang benar ada di dekatnya.

Saya telah patah semangat, angan-anganku sirna betul-betul sewaktu saya memandang kunci jendela kamarku dibuka oleh pak Bijaksanain, lantaran itu bermakna jalan masuk ke kamarku terbuka untuk Wawan serta Suwito.

Saya mustahil memiliki cukup waktu buat larikan diri melalui pintu kamarku yang terkunci ini, sebab saat lagi saya memutar kunci pintu kamarku, pak Berbudiin sudah pasti membekukku.

"Saya sich suka senang saja non bila dapat ngeseks sama non sendirian, cuman saya gak nikmat sama Wawan serta Suwito. Saya dapat turut nikmati non Eliza kan atas mereka ", kata pak Berbudiin yang sekarang kembali merapat ke arahku.

Saya sangat jengkel dengar ujaran pak Bijakin, yang benar-benar betul itu. Bila dahulu Wawan serta Suwito tak mulai kekurang tuntunan mereka kepadaku, belumlah tentu pak Berbudiin dapat turut nikmati badanku sama mereka.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA SEMOK PART5

Lebih kembali, belum pasti saya mesti jadi budak sex mereka bertiga di rumahku sendiri mulai sejak tahun akhir 2004 tempo hari.

Tetapi tiada waktu buatku untuk mengenang waktu kemarin.  Saya sadar saat ini pak Bijakin telah dekat sekali, serta saya sempat berputar-balik ke belakang untuk menghindari saat pak Berbudiin coba tangkap badanku.

"Pak…", saya kembali mundur mundur ketakutan, saat ini saya betul-betul berasa dapat ditiduri.

"Fiiin, kowe onok ndek njero toh? Marilah bukaen pintu kamare dol!", saya dengar Wawan berseru dari depan pintu kamarku.

"Yo, untung toh maeng saya ngenteni nang njero kamar mandine non Eliza? Lek nggak, saiki kene lak ngaplo maneh? Tetapi saiki kowe mlebu teko jendelo ae Wan, kuncine wes tidak buko. Wedine non Eliza mlebu lan sembunyi nang njero kamar mandine lek saya mbukano pintu gawe kowe. To, kowe ngenteni nang ngarep pintu ae, ben Wawan seng mbuka pintune gawe kowe", kata pak Berbudiin dengan bahasa Suroboyoan dari mereka, dan pak Bijaksanain selalu dekatiku.

Buat yang tidak pahami pembicaraan mereka yang memanfaatkan bahasa Suroboyoan itu, barusan Wawan menanyakan apa pak Bijakin berada di dalam kamarku, serta memerintah pak Berbudiin buka pintu kamarku untuk mereka.

Pak Bijakin menyetujui kalaupun dia berada di dalam sini, sekalian membesarkan hati diri sebab dia barusan tunggu di kamar mandiku. Jika tak, kini semua pastinya kembali tidak bekerja. Namun pak Bijakin memerintah Wawan masuk ke kamarku lewat jendela kamarku yang kuncinya telah dibuka olehnya, sebab pak Bijaksanain cemas saya dapat masuk dan sembunyi dalam kamar mandiku saat lagi dia buka pintu kamarku buat Wawan.

Diluar itu pak Bijakin pula mengharap Suwito buat menanti di muka pintu kamarku, hingga sampai Wawan buka pintu kamarku untuk dirinya. Dengan demikian saya tidak mungkin dapat larikan diri melalui mana pun, karena seluruh jalan keluar kamarku telah terbangun oleh mereka.

TOURNAMENT PENCURI JACKPOT WAJIB4D

Betul-betul edan, pak Bijaksanain hingga telah membikin kiat sebagai berikut buat tangkapku, serta benar-benar mereka sukses membuatku terkepung di kamarku sendiri. Entahlah bagaimana dia dapat memikir masalah ini, yang pasti kini saya sudah tidak dapat lakukan perbuatan apa manalagi, serta saya tinggal tunggu waktu saat sebelum badanku ini jatuh ke tangan mereka.

"Aduh… gak boleh paak…", saya menjerit di saat ke-2  tanganku udah ketangkap pak Berbudiin yang tiba-tiba membekukku, serta saya benar-benar gak sempat mengelak sebab semangatku udah redup.

Saya mulai coba meronta, tetapi semuanya buang waktu saja. Apalah makna tenagaku, seseorang gadis yang imut kalaupun diperbandingkan dengan pak Bijaksanain yang punyai tubuh tegap serta kekar itu?

Tidak lama kemudian Wawan masuk dari jendela kamarku, lalu dia mengamankannya. Gordin itu  ditutup olehnya.

"Pandai kowe Fin", kata Wawan yang nampak amat puas dengan kesuksesan trik pak Bijakin.

Lalu Wawan melangkah menuju pintu kamarku, sembari menatapku dengan senyuman penuh kemenangan, dan dia buka pintu kamarku untuk Suwito. Mereka berdua sama sama tos dengan semangat, membuatku bertambah lemas lihat ini semua. 

VI. Pembantaian Itu Diawali
Lengkaplah ke-3  pejantan yang akan lekas melumat badanku buat menumpahkan sakit hati mereka padaku. Entahlah mereka dapat menghajarku seperti apakah, saya tidak berani memikirkan nasibku akan seburuk apa ini hari.

Saya meronta ronta saat lagi Wawan serta Suwito dekatiku sekalian menyeringai. Walau sesungguhnya mereka kerapkali nikmati badanku, tetap sekarang saya menciut takut menyaksikan tatapan mereka yang seperti mau menelanku bundar bulat.

Saya lagi coba membebaskan ke-2  tanganku dari genggaman tangan pak Berbudiin.

"Jangan… tak boleh sekarang… esok saja… tak boleh hari ini… saya mmpph…", permintaanku yang sia sia ini terputus oleh Suwito yang dengan buas udah melumat bibirku.

Saat saya mengerang rintih hingga selanjutnya megap megap sebab kekurangan napas, kurasakan celana pendek berikut celana dalamku telah dilorotkan.

CERITA SEKS DESAHAN NON ELIZA SEMOK PART5

Saya tidak menyaksikan siapakah yang mengerjakannya, namun dengan pak Berbudiin yang mencekram ke-2  tanganku dan Suwito yang masih juga memagut bibirku, saya tahu aktornya jelas Wawan.

Ke-2  kakiku sedikit direntangkan, serta seterusnya Wawan memagut bibir vaginaku dengan penuh hasrat.

Saya mulai melemas, dan waktu pak Berbudiin melepas cekamannya di tangan kananku, saya telah sangat kacau-balau untuk memanfaatkan tangan kananku tidak tahu buat memajukan Suwito masih repot melumat bibirku, atau Wawan yang memagut bibir vaginaku. Bahkan tenaga pada tangan kananku ini rasanya lesap tidak tahu ke mana.

"Mmhh… sudaah… lepaskan…", saya meminta serta merengek-rengek di saat Suwito melepas pagutannya di bibirku.

"Lepasin? Non Eliza tidak boleh mimpi dech!", kata Suwito dengan napas mengincar, serta dia bersama pak Bijaksanain menarik kaus yang kukenakan ini ke atas sampai lepas dari badanku.

Sekarang saya tinggal kenakan bra yang punya warna putih ini, dan saya tahu sesaat lagi pembantaian pada diriku bakal lekas mulai.

Pak Berbudiin dan Suwito yang berdiri di sisi kiri dan kananku ini, melingkarkan ke-2  tanganku di leher mereka.

BERSAMBUNG...

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama